Jamaah Kopdariyah Gelorakan Persatuan Tanpa Sekat

NUSrumbung.or.id- Jamaah Kopdariyah (Jamkop) Magelang raya, menggelar pertemuan rutinan yg ke 24, acara ini digelar guna merekatkan semua element bangsa agar bisa berbaur dan merasakan kemerdekaan yg sesungguhnya.

Ketua Panitia Pelaksana Kopdar 24 Srumbung, Farid Ashari mengatakan, kegiatan ini sebagai ajang pertemuan semua elemen masyarakat lintas agama, lintas suku dan lintas wilayah.

“Kita mengambil tema Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, ini tentu dengan maksud untuk menyadarkan kepada semua masyarakat, bahwa  kita sudah hidup di era kemerdekaan, maka wajib hukumnya kita mensyukurinya dengan menjaga kedamaian dan kesatuan antar sesama,” kata Farid yang juga Ketua PAC GP Ansor Srumbung, Rabu malam (28/08)

Menurut Farid, saat ini memang warga disebagian wilayah indonesia tengah diterpa suatu dinamika, oleh karenanya pihaknya ingin mengajak menyuarakan kedamaian dari lereng merapi untuk Indonesia.

Hadir dalam acara tersebut Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) sekaligus Katib Aam PBNU, KH Yahya Cholil Staquf, Sastrawan Gus Candra Malik, Kyai dan Budayawan Gus Yusuf Chudlori, Presiden Lima Gunung Sutanto Mendut, mas jadul Maula, Pengasuh pesantren kaliopak dan budayawan Yogyakarta, pengasuh Ponpes Raudhatut Thullab Desa Wonosari, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, K.H. Ahmad Labib Asrori.

Dalam acara yang ditandai dengan paduan suara lagu-lagu bernafaskan kebangsaan dan persaudaraan oleh sejumlah kelompok, seperti Jamaah Sholawat Srumbung (JSS), Gejoglesung Nglaras Ati Jerukagng, Kelompok Koor fatayat, Kelompok Koor Kapel Ngepos, Kelompok Tari Endang Kradenan, juga dihadiri oleh Romo Joko Lelono, Akademisi UIN Sunan Kalijaga Profesor Almakin, dan tokoh tokoh hebat lintas agama lainnya

KH Yahya Cholil Staquf dalam paparannya menyampaikan pentingnya persatuan ditengah sentimen perbedaan yang semakin meningkat.

“Kalau kita berdamai namun mempertimbangkan sejarah masa lalu, jelas tidak bisa, karena semua etnis, semua agama pasti punya sejarah ketidak sukaan antara satu dengan yang lainya, maka perdamaian dan persatuan ini harus kita mulai dari diri kita pribadi dan jamaah yang hadir ini,” kata Gus Yahya semalam.

Gus Candra malik menyampaikan pentingnya rasa Cinta, menurutnya rasa Cinta wajib dimiliki semua insan Indonesia ini, “Cinta bukan hanya kepada pasangan, namun juga cinta tetangga, dan sesama anak bangsa,” katanya.

Mereka saling berbagi atas berbagai hal terkait dengan isu-isu yang merebak dan dirasakan bersama sebagai keprihatinan terhadap aksi intoleransi, radikalisme, serta pengancam semangat kebhinekaan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Selain itu, mereka juga menaburkan pesan pentingnya masyarakat memanfaatkan media sosial secara sehat, dengan menghindari pengunggahan bernada kebencian, perundungan, dan penyebaran berita bohong atau “hoaks”.

Akademisi UIN Sunan Kalijaga Profesor Almakin menyampaikan kesannya yang sangat bahagia bisa hadir di forum tersebut, “Saya senang sekali hadir di acara ini, lewat kegiatan dan Amal Kopdariyah ini MWC NU Srumbung memberi contoh membangun keberagaamaan dan keragaman yang harus diartikan dari bawah bermasyarakat, dan itu sudah dilakukan, ditunjukkan oleh jamaah qobdariyah ini,” ungkapnya.

Pada acara semalam, Kiai Labib yang juga mantan Ketua DPRD Kabupaten Magelang tersebut, menjelaskan tentang pengertian “Jamaah Kopdariyah” yang menjadi sarana berkumpul dan memperkuat semangat kebersamaan umat dan pemuka lintasagama. 

“Kata kopdariyah berasal dari unsur “kopdar” atau singkatan dari “kopi darat”. Pertemuan ini mendialogkan isu-isu aktual menyangkut persoalan kemasyarakatan dan kebangsaan, ini adalah kelompok dimana semua menjadi anggota, dan semua menjadi ketua,” kelakarnya sembari disambut gelak tawa hadirin.

Putaran pertama “Jamaah Kopdariyah” menurut Ahmad labib diselenggarakan diPonpes Raudhatut Thullab, Tempuran, dan kini di Kantor MWC NU Srumbung ini sudah masuk putaran ke dua puluh empat.

“Tidak cukup hanya berkomunikasi melalui dunia maya, media sosial, tetapi juga penting memperkuat kebersamaan dan menjalin hubungan harmoni yang riil, sehingga dipandang penting `kopi darat` lalu ditambahi `yah` sehingga menjadi `kopdariyah`,” ujarnya.

Forum “Jamaah Kopdariyah” dikemas secara menarik karena berlandaskan kesadaran yang kuat umat lintas agama atas kebhinnekaan. Melalui forum tersebut, terbangun dialog antarwarga bangsa yang memang berbeda-beda latar belakang namun saling memperkuat komitmen tentang nilai-nilai keindonesiaan.

“Keanekaragaman dinyatakan secara tegas sebagai sumber kekuatan Indonesia. Keberagaman juga sebagai warna-warni yang menjadikan Indonesia indah,” Pungkasnya (AMS)